Tuesday, May 25, 2010

perjuangan guru pada masa Belanda

Kekuasaan Belanda yang berlangsung 3,5 abad lamanya jatuh dalam waktu yang sangat singkat. Salah satu sebab ialah tidak nampaknya semangat berperang para prajurit dan perwira tentara Hindia Belanda. Sebab lain adalah kesalahan Hindia Belanda didalam menjalankan politiknya di Indonesia.

Politik kolonial Belanda pada waktu itu sangat dipuji oleh luar negeri. Susunan organisasi pemerintah Hindia Belanda diadakan sedemikian rapi, sehingga tidak ada kejadian yang tidak dengan segera diketahui oleh pusat. Yang tidak boleh dilupakan, rakyat Indonesia sendiri pada waktu itu nampaknya begitu tertib, sehingga melahirkan ucapan bahwa bangsa Indonesia adalah “ Bangsa yang paling lembut didunia “ – “ Hetzachtste Volkder Aarde “. Politik memecah belah dilakukan sedemikian halusnya, sehingga tidak dirasakan oleh yang berkepentingan. Perbedaan penggajian menyolok sekali, kalau dikalangan Panrah Praja Bupati menerima F- 1250/ bulan, maka pendapatan juru tulisnya hanya F 15/bulan.
Di bidang pendidikan diadakan bermacam-macam sekolah dasar, masing-masing untuk golongan tertentu. Umpama Sekolah Desa untuk masyarakat desa. Sekolah Dasar II untuk rakyat biasa di kota-kota, Sekolah Dasar berbahasa Belanda untuk anak-anak ningrat atau pegawai Pemerintah Hindi Belanda yang gajinya paling sedikit F100/bulan.

Guru-gurunya tamatan bermacam-macam Sekolah Guru, seperti Sekolah Hollands Inlands Kweekschool (KS), Hogane Kweekschool (HKS), Hollands Inlandse Kweekschool (HIK), Europese Kweekschool (EKS), Indische Hoofdacte dan lain-lain. Gaji permulaan untuk Guru Desa F 7,50/bulan, untuk tamatan NS F22,50/bulan, untuk tamatan KS F 450/bulan, untuk tamatan Hoofdacte F 130/ bulan.

Siasat pecah belah ini diadakan di semua lapangan di dalam gerakan-gerakan masyarakat, baik yang mengenai politik maupun yang mengenai social/ekonomi. Tindakan pemerintah Hindia Belanda ini mengakibatkan lemahnya kedudukan bangsa Indonesia pada umumnya di segala bidang.

Organisasi guru yang lahir pada waktu itu diwarnai antara hal-hal sebagai berikut:

1. Kesadaran korp dengan segala aspek-aspeknya.
2. Kebangkitan Nasional yang menggandrungi kemerdekaan bangsa yang disadari keharusan adanya persatuan bangsa, akan tetapi belum dapat mwenemukan bentuk wadahnya yang cocok.
3. Politik Devide et Empera Pemerintah Belanda.

Kesadaran Nasional, kesadaran akan persatuan dan kesadaran korp profesi guru sebenarnya sudah lahir sejak sebelum perang kemerdekaan yaitu pada masa pergerakan Budi Utomo. 

Maka berdirilah organisasi wadah kaderisasi bangsa, misalnya : 
1. Suryo Wirawan, 
2. YPO, 
3. KBI, dan sebagainya. Yang setelah Indonesia merdeka, berubah menjadi PANDU RAKYAT dan kemudian PRAMUKA (Praja Muda Karana).

Pada tahun 1912 berdiri suatu organisasi yang bersifat uni yaitu PGHB (Persatuan Guru Hindia Belanda). Ketua pengurus besar PGHB pertama dan pendiri perseroan asuransi “BUMI POETRA” adalah saudara Karto dan Hadi Soebroto. Mulai tahun 1919, lahirlah berbagai organisasi guru yaitu:

1. PGB (Persatuan Guru Bantu)
2. PNB (Perserikatan Normal School)
3. KSB (Kweek School Bond)
4. SOB (School Opzieners Bond)
5. dan lain-lain.
Dan pada tahun 1932, PGHB diganti menjadi PGI (Persatuan Guru Indonesia).

• Pegawai Negeri yang ada di Hindia Belanda sebagai berikut:
1. Perhimpunan Pegawai Spoor dan Tram (PPST) dengan 6000 anggota.
2. Persatuan Guru Indonesi (PGI) dengan 13000 anggota.
3. Perhimpunan Pegawai Penggadaian Bumi Putra (PPBP) dengan 3544 anggota.
4. Persatuan Pegawai Post, Telegraaf, dan Telefoon Kendahan (PTTR) dengan 600 anggota.
5. dan lain-lain

• Persatuan Guru Indonesia (PGI) terdiri dari Groepsbonden :
1. Hogane Kweek School Bond (HKBS)
2. Oud Kweek Schoolieren Bond (OKSB)
3. Persatuan Normal School (PNS)
4. Volks Omderwijeen Bond (VOB

0 comments:

 

blogger templates | Make Money Online